PEMERINTAH terus berupaya memulihkan sektor pariwisata di Tanah Air. Termasuk melakukan restrategi kepariwisataan dari quantity tourism menuju quality tourism. Salah satu realisasi dari penerapan restrategi ini adalah mengembangkan potensi desa wisata di Indonesia.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Wishnutama Kusubandio mengatakan, quality tourism dipilih karena ke depannya wisatawan diprediksi cenderung memilih destinasi-destinasi berkualitas saat melakukan perjalanan.
Kriteria dari destinasi berkualitas sendiri setidaknya memiliki keunikan tersendiri, aman dari penyebaran virus Covid-19, dan berkomitmen dalam menerapkan protokol CHSE (Cleanliness, Health, Safety, and Environmental Sustainability).
Kriteria tersebut sebetulnya telah dipenuhi oleh hampir seluruh desa wisata di Indonesia. Maka dari itu, Menparekraf Wishnutama yakin bahwa Indonesia berpeluang besar dalam mengembangkan potensi wisata tersebut.
“Di sini, saya melihat bahwa kita sudah punya kekuatan besar untuk menyediakan pengalaman autentik pada para wisatawan, yaitu lewat desa wisata. Dan dari tahun ke tahun, jumlah desa wisata di Indonesia juga tumbuh pesat,” ujar Wishnutama saat membuka acara Apresiasi Perguruan Tinggi Terbaik dalam Pendampingan Desa Wisata Tahun 2020, Jakarta, Rabu, 2 Desember 2020 malam.
Wishnutama melanjutkan, pada akhir tahun 2018, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terdapat 1.734 desa wisata baru dari total 83.931 desa wisata yang tersebar di Indonesia.
Sementara di level internasional, desa wisata di Indonesia juga sudah mendapat banyak pengakuan. Contohnya pada tahun 2019 terdapat 4 (empat) desa wisata yang masuk dalam Top 100 Destinasi Berkelanjutan di Dunia versi Global Green Destinations Days (GGDD).
Keempat desa wisata itu antara lain Desa Nglanggeran di Kabupaten Gunungkidul (Daerah Istimewa Yogyakarta), Desa Pentingsari di Kabupaten Sleman (Daerah Istimewa Yogyakarta), Desa Pemuteran di Kabupaten Buleleng (Bali), dan Desa Adat Penglipuran di Kabupaten Bangli (Bali).
Oleh karenanya lanjut dia, Kemenparekraf menaruh cita-cita besar pada desa wisata sebagai salah satu pendorong agar aktivitas perekonomian dapat semakin menggeliat dan meningkat manfaatnya. Terutama bagi para pelaku parekraf dan masyarakat lokal.
“Apalagi, saat ini kita harus berjuang membangkitkan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia, yang sangat terdampak selama menghadapi pandemi ini,” ujarnya.
Untuk mewujudkan hal tersebut, Kemenparekraf telah meluncurkan program Pendampingan Desa Wisata bekerja sama dengan Perguruan Tinggi di seluruh Indonesia. Program ini dinilai sangat efektif untuk mengangkat desa-desa yg memiliki berbagai potensi sumber daya alam maupun budaya.
Selain sebagai sebuah bentuk pengabdian bagi Perguruan Tinggi sesuai Tri Dharma Perguruan Tinggi, program ini juga memberikan kesempatan kepada desa wisata untuk mendapatkan pendampingan sesuai dengan potensi yg dimiliki sehingga dapat berkembang menjadi lebih maju dan mandiri.
Kemenparekraf juga telah mencanangkan target 205 desa wisata mandiri pada tahun 2024. Oleh karena itu, program pendampingan ini membutuhkan kerja sama yang intensif antara pemerintah pusat, pemerintah paerah, perguruan tinggi, industri dan masyarakat desa.
“Besar harapan saya agar program pengembangan bisa terus terlaksana secara konsisten. Desa wisata ini akan menjadi suatu wajah baru, wajah yang segar, dari pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia. Kita harus siapkan semuanya dengan baik dan maksimal, karena apa yang sedang kita siapkan ini akan memberi dampak yang sangat luar biasa,” kata Wishnutama.
“Dampak tersebut tentu tidak hanya terkait dampak ekonomi, tapi juga dampak besar terhadap upaya pelestarian budaya, sosial, dan lingkungan, yang akan menjadi representasi identitas bangsa Indonesia pada level internasional,” tandasnya.
(put)