PENGGIAT wisata Ridwan Tulus mengagumi keindahan alam Kampung Buya Hamka di Kecamatan Tanjungraya, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Ia mengibaratkannya sebagai “surga” wisata.
“Ternyata Kampung Buya Hamka ini adalah “surga”. Saya tidak menyangka, kampung Buya ini sungguh indah dan memiliki kekayaan alam dan kebudayaan yang beragam,” katanya saat berkunjung dan menyambangi Komunitas Pemuda Generasi Hamka (KPGH) Kecamatan Tanjungraya di Lubukbasung, Sabtu 21 November 2020.
Buya Hamka yang merupakan tokoh ulama dan sastrawan lahir di Sungai Batang, Tanjungraya, pada 17 Februari 1908. Hamka menghabiskan masa kecil di kampung halaman sebelum merantau demi melanjutkan pendidikan ke Jawa pada usia 16 tahun.
Tanjungraya memiliki Danau Maninjau, Kelok 44 dengan alam yang indah dan budayanya. Kelok 44 merupakan salah satu kawasan wisata di Agam. Kelok 44 ada di jalan menuju Danau Maninjau. Terdapat 44 tikungan di jalan sudah teraspal mulus, berkelok dan berliku-liku. Jika di foto dari atas, seperti ular di antara rimbun pepohonan.
Pemandangan sekitar Kelok 44 sangat indah dengan panorama bukit diselimuti pepohonan hijau dan hamparan danau. Orang-orang sering turun di lokasi ini untuk bersantai menikmati pemandangan atau sekadar untuk foto-foto.
Semua potensi itu dapat dimanfaatkan dengan baik dalam menarik wisatawan ke daerah itu. Namun masyarakat dan pemuda di daerah itu belum memahami potensi alam dam budaya yang dimiliki.
“Potensi alam dan budaya sangat beragam dimiliki Tanjungraya dan tinggal menggemas dengan baik,” katanya.
Pariwisata tidak berdampak buruk pada budaya dan generasi penerus. Malah sebaliknya, wisatawan itulah yang harus ikut aturan yang telah dibentuk masyarakat itu sendiri.
Namun tentu terlebih dulu, masyarakat harus menegakan aturannya tanpa pengecualian. Setelah itu, dengan mudah wisatawan yang datang semakin yakin dan nyaman mengikuti aturan itu sendiri.
“Dengan aturan yang dimiliki wisatawan merasa nyaman,” katanya.
Sementara itu, Camat Tanjungraya, Andria Asmi berharap pertemuan ini dapat berlanjut dengan aksi pengembangan wisata, sesuai konsep Green Tourism Institut.
“Pelatihan dan pembinaan sangat kita butuhkan untuk pengelolaannya bersama Walinagari, Bamus, Ninik Mamak, Bundo Kanduang, Pemuda, beserta seluruh tokoh masyarakat,” katanya.
(sal)